Karya Handry Lumban Purba
Inginnya dipeluk, dipangku dan disayang.
Boneka itu tidak memukul aku jatuh dari ketinggian.
Tidak pula melukai dan menyakiti aku.
"Beri aku kehangatan dan kelembutanmu wahai boneka" ujarku penuh harapan.
Dia pun memberikan kehangatan itu ketika aku memeluknya sangat erat.
Akhirnya aku tenang disampingnya.
Bola matanya lucu sekali, senyumannya kepadaku abadi.
Sepertinya bonekaku tidak memiliki beban dan derita.
Sungguh aku mengagumi boneka ini.
Manjakan aku dengan segala kelembutanmu wahai bonekaku yang lugu.
Kembali dia pun memberikan kelembutan dari bulu-bulu halusnya.
Maka aku pun damai disampingnya.
Sepertinya bonekaku tidak memiliki beban dan derita.
Sungguh aku mengagumi boneka ini.
Manjakan aku dengan segala kelembutanmu wahai bonekaku yang lugu.
Kembali dia pun memberikan kelembutan dari bulu-bulu halusnya.
Maka aku pun damai disampingnya.
Tapi kenapa kamu diam tak bicara padaku wahai boneka?
Apakah ada yang salah dengan diriku wahai bonekaku?
Aku tidak percaya bila kau memberiku kehangatan dan kelembutan ini dengan cara yang seperti ini.
Bisakah aku dan kamu bicara tentang apa itu bahagia dan apa itu derita.
Tolonglah wahai bonekaku.
kau boleh merubah senyumanmu dan merontokkan kelembutanmu tapi bicaralah padaku.
Ternyata aku sadari dia hanyalah boneka.
Dia diam tak berbicara, dia tersenyum tanpa tahu apa yang membuatnya senang.
Dan bonekaku memberikan kelembutan bagi siapapun yang memeluknya.
Bonekaku tidak memilih-milih kepada siapa dia harus memberikan kehangatan dan kelembutannya.
Aku menyadari bahwa aku tidak istimewa bagi boneka itu.
Namun tak mengapa, karena dia pun tidak pernah menyakiti aku.
Aku berkata memohon padamu wahai bonekaku.
"tetaplah seperti ini dan temani aku di siang dan malamku".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar