Selasa, 22 Oktober 2013

Dari Raja Oleh Raja Untuk Raja

Harus aku sadari saat aku memandang bintang yang bertaburan dilangit begitu indahnya. Mereka bercahaya dan terhampar berserakan dilangit gelap yang luas. Apakah yang aku amati ini memberikanku sebuah makna besar dalam sayup pandangan mataku. Aku harap begitu dan begitulah berlalu. Meski ada sesuatu yg aku petik dari hal tersebut sebagai sebuah peristiwa yang pernah luput dari pikiranku sebagai manusia.

Hey, lihat bulan disana! Mengapa tidak terpikir olehku sebelumnya mengenai sang bulan yang tidak pernah sedikitpun untuk bosan melintas diatas ubun-ubun setiap manusia. Coba petik hikmah dari bulan itu wahai aku. Ya, wahai aku. Aku akan siap mengambil pelajaran mengenai itu. Ya, mengenai bulan yang sempurna dan bercahaya terang lalu kemudian di hari yang berbeda dia kembali tidak sempurna. Begitulah dia, si sang bulan yang menjadi sabit di suatu waktu dan sempurna diwaktu yang lain.

Harapan untuk menggali pengetahuan tentang siapa aku terus berjalan dengan bulatnya tekad. Kali ini matahari mengambil perhatianku agar terarah padanya. Namun kali ini aku tidak sanggup untuk memperhatikannya dengan jelas. "Sejujurnya aku sudah terbiasa denganmu wahai matahari?" aku terheran pada matahari "namun mengapa aku tidak pernah bisa melihat jelas wujudmu saat kau angkuh melangkahi kepalaku?" "JAWABLAH".

Betapapun hebatnya aku, tetap tidak akan mampu menatap wujudmu di ketinggian tempatmu. Sungguh aku mengagumi bintang dan bulan di gelapnya hari. Namun aku jatuh hati dan tahukah kau wahai matahari? kini aku mulai kagum denganmu. Aku merasakan keberadaan dirimu namun tetap aku tidak berdaya memandangmu. Disini aku berguru padamu tentang sebuah pengetahuan hidup yang belum terungkap.

Dan siapakah aku? Aku ini siapa? aku sendiri ingin membelah dadaku karena ada rasa yang sakit yg sangat sulit aku obati. Di dalam hati ini aku merasakan sakit yang tidak biasanya karena lelah memikirkan isi kepalaku yg ingin mengetahui siapa aku. Apakah aku ini berguna untuk aku yang ingin berguna untuk diriku sendiri ini. Sedangkan impianku untuk mengetahui aku untuk mengetahui yang lain.

Jawablah aku wahai udara.. Jawablah aku wahai air.. Jangan diamkan aku dalam ketidaktahuanku yang aku takutkan menyesatkanku dalam hamparan bumi yang luas. Jelaskanlah wahai daun-daun yang melambaikan kesedihan. Katakanlah wahai pasir yang beterbangan melewati tubuhku yang katanya adalah seorang raja yang terlupakan dari silsilahnya. Sungguh ingin aku teriakkan pertanyaan dari atas tebing yang tinggi ini kawan. Dari apa aku, oleh siapa aku ini dan untuk siapa aku ini? Aku mohon sampaikan syairmu itu untuk menjawab keluh kesah yang menyudutkanku dalam ruang asing yang hampa ini.

Apakah aku harus menghilang dari pada lenyap ataukah lebih baik aku tenggelam dari pada terombang ambing? Mungkin waktu akan memberikan jawaban untuk memunculkan pertanyaan yang baru kepadaku. Maka lelahlah aku menanti sesuatu huru-hara dan aku belum berarti.

Tidak ada komentar: