Harus aku sadari saat aku memandang bintang yang bertaburan dilangit
begitu indahnya. Mereka bercahaya dan terhampar berserakan dilangit
gelap yang luas. Apakah yang aku amati ini memberikanku sebuah makna
besar dalam sayup pandangan mataku. Aku harap begitu dan begitulah
berlalu. Meski ada sesuatu yg aku petik dari hal tersebut sebagai sebuah
peristiwa yang pernah luput dari pikiranku sebagai manusia.
Hey,
lihat bulan disana! Mengapa tidak terpikir olehku sebelumnya mengenai
sang bulan yang tidak pernah sedikitpun untuk bosan melintas diatas
ubun-ubun setiap manusia. Coba petik hikmah dari bulan itu wahai aku.
Ya, wahai aku. Aku akan siap mengambil pelajaran mengenai itu. Ya,
mengenai bulan yang sempurna dan bercahaya terang lalu kemudian di hari
yang berbeda dia kembali tidak sempurna. Begitulah dia, si sang bulan
yang menjadi sabit di suatu waktu dan sempurna diwaktu yang lain.
Harapan
untuk menggali pengetahuan tentang siapa aku terus berjalan dengan
bulatnya tekad. Kali ini matahari mengambil perhatianku agar terarah
padanya. Namun kali ini aku tidak sanggup untuk memperhatikannya dengan
jelas. "Sejujurnya aku sudah terbiasa denganmu wahai matahari?" aku
terheran pada matahari "namun mengapa aku tidak pernah bisa melihat
jelas wujudmu saat kau angkuh melangkahi kepalaku?" "JAWABLAH".
Betapapun
hebatnya aku, tetap tidak akan mampu menatap wujudmu di ketinggian
tempatmu. Sungguh aku mengagumi bintang dan bulan di gelapnya hari.
Namun aku jatuh hati dan tahukah kau wahai matahari? kini aku mulai
kagum denganmu. Aku merasakan keberadaan dirimu namun tetap aku tidak
berdaya memandangmu. Disini aku berguru padamu tentang sebuah
pengetahuan hidup yang belum terungkap.
Dan siapakah
aku? Aku ini siapa? aku sendiri ingin membelah dadaku karena ada rasa
yang sakit yg sangat sulit aku obati. Di dalam hati ini aku merasakan
sakit yang tidak biasanya karena lelah memikirkan isi kepalaku yg ingin
mengetahui siapa aku. Apakah aku ini berguna untuk aku yang ingin
berguna untuk diriku sendiri ini. Sedangkan impianku untuk mengetahui
aku untuk mengetahui yang lain.
Jawablah aku wahai
udara.. Jawablah aku wahai air.. Jangan diamkan aku dalam
ketidaktahuanku yang aku takutkan menyesatkanku dalam hamparan bumi yang
luas. Jelaskanlah wahai daun-daun yang melambaikan kesedihan.
Katakanlah wahai pasir yang beterbangan melewati tubuhku yang katanya
adalah seorang raja yang terlupakan dari silsilahnya. Sungguh ingin aku
teriakkan pertanyaan dari atas tebing yang tinggi ini kawan. Dari apa
aku, oleh siapa aku ini dan untuk siapa aku ini? Aku mohon sampaikan
syairmu itu untuk menjawab keluh kesah yang menyudutkanku dalam ruang
asing yang hampa ini.
Apakah aku harus menghilang dari
pada lenyap ataukah lebih baik aku tenggelam dari pada terombang ambing?
Mungkin waktu akan memberikan jawaban untuk memunculkan pertanyaan yang
baru kepadaku. Maka lelahlah aku menanti sesuatu huru-hara dan aku
belum berarti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar